KONAWE, rubriksatu.com – Upaya Pemerintah Kabupaten Konawe dalam merespons keluhan petani sawah di Kecamatan Uepai akhirnya membuahkan hasil. Polemik kurangnya pasokan air untuk persawahan yang melibatkan Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi IV Kendari kini menemui titik terang, setelah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Konawe menginisiasi Rapat Dengar Pendapat (RDP) dan tinjauan lapangan.
RDP yang digelar Jumat (11/4/2025) tersebut mempertemukan berbagai pihak terkait, mulai dari unsur pimpinan dan Komisi II DPRD Konawe, Polres Konawe, BWS Sulawesi IV Kendari, Dinas PU, TPOP Dinas SDA dan Bina Marga Sultra, hingga perwakilan kelompok tani dan pemuda.
Ketua DPRD Konawe, I Made Asmaya, menegaskan komitmen lembaganya untuk menjadi jembatan antara masyarakat dan instansi teknis. Sebelumnya, pihak DPRD telah melakukan peninjauan langsung ke Bendungan Ameroro, lokasi sumber irigasi utama para petani Uepai.
“Kami temukan adanya kerusakan pada saluran sekunder dan tersier serta endapan lumpur yang menghambat aliran. Instruksi langsung kami berikan kepada BWS agar segera melakukan perbaikan,” ujar Made, Sabtu (12/4/2025).
Dalam forum RDP, sejumlah keputusan penting telah diambil secara kolektif:
Bangunan ukur ambang lebar di Bendungan Ameroro tidak menjadi penyebab terganggunya aliran air, justru berfungsi mengatur debit agar lebih efisien dan merata.
Kebutuhan air petani sebenarnya telah tercukupi bahkan melebihi kebutuhan. Dengan luas lahan 203 hektare yang membutuhkan 253 liter/detik, aliran air yang disalurkan justru mencapai 391 liter/detik.
Penyebab tidak meratanya distribusi air terletak pada kerusakan jaringan tersier, yang segera akan diperbaiki pasca masa panen.
BWS Sulawesi IV Kendari diminta melakukan evaluasi internal dan TPOP diarahkan untuk meningkatkan fungsi pengawasan serta pemeliharaan irigasi.
Kepala Satker PJPA BWS Sulawesi IV Kendari, Agus Karim Karim, menyampaikan bahwa perbaikan telah dilakukan secara cepat sebagai respon atas urgensi musim tanam.
“Kami sudah menurunkan ketinggian palang bangunan ukur dari 70 cm menjadi 50 cm. Hasilnya, aliran air kini kembali masuk ke sawah-sawah petani,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa saat ini distribusi air berjalan lancar. Usai masa panen nanti, BWS akan melanjutkan perbaikan menyeluruh, termasuk pembangunan box tersier, guna memastikan pengairan lebih optimal di masa tanam berikutnya.
Upaya ini menjadi bukti nyata sinergitas pemerintah daerah, DPRD, dan BWS dalam mendengar dan merespons cepat persoalan masyarakat, khususnya sektor pertanian yang menjadi tulang punggung ekonomi daerah.
“Harapan kami, petani bisa kembali fokus ke sawah, dan hasil panen tahun ini bisa maksimal,” pungkas I Made Asmaya.
Laporan Redaksi