Suami di Bombana Bunuh Istri Hanya Perkara Susu dan Makanan yang Tak Disajikan

BOMBANA, rubriksatu.com – J (inisial), seorang ibu rumah tangga, tewas dengan luka tikam di dada dan wajah, setelah disiram air panas oleh sang suami, inisial S. Semua berawal dari hal yang sepele makanan yang tak disiapkan dan permintaan membuatkan susu anak di tengah malam.

Peristiwa ini terjadi di Dusun Lamboea I, Desa Rompurompu, Kecamatan Poleang Utara, Kabupaten Bombana, Pada Selasa (30/9/2025) dini hari sekitar pukul 02.30 WITA.

Kasat Reskrim Polres Bombana, IPTU Yudha Febri Widanarko, mengisahkan bahwa pertengkaran rumah tangga keduanya bermula sehari sebelumnya, Senin (29/9/2025).

“Awalnya hanya cekcok karena tidak ada makanan ketika pelaku pulang ke rumah. Malamnya, korban hendak keluar rumah, tapi pelaku melarang. Dari situ pertengkaran makin memanas,” ujar Yudha.

Sekitar pukul 02.30 dini hari, suasana rumah yang semula tenang berubah menjadi tempat kematian. Ketika korban meminta dibuatkan susu untuk anak mereka, emosi S justru meledak.

Air panas yang seharusnya digunakan untuk membuat susu itu disiramkan ke tubuh sang istri. Panasnya air tidak seberapa dibanding panasnya amarah yang menguasai S malam itu.

Korban berteriak kesakitan, mencoba menyelamatkan diri ke belakang rumah. Tapi amarah S tidak berhenti di sana. Ia mengejar sambil membawa parang.

Dalam gelap kebun belakang rumah, J tertangkap. S lalu menikam istrinya dari belakang tusukan di dada dan wajah mengakhiri hidup perempuan yang telah menemaninya bertahun-tahun.

“Korban ditikam dari belakang lalu ditinggalkan begitu saja,” ungkap Yudha lirih.

Jenazah J sempat dibawa ke Puskesmas Poleang Timur untuk pemeriksaan awal, lalu diautopsi di RS Bhayangkara Polda Sultra. Hasil medis mengungkap luka bakar serius dan tusukan dalam bukti nyata kebiadaban yang dilakukan oleh tangan yang seharusnya melindungi.

Polisi tidak tinggal diam. Tim K9 Ditsamapta Polda Sultra diterjunkan untuk melacak keberadaan pelaku. Lima hari berselang, Minggu (5/10/2025), S akhirnya ditangkap di Dusun Lamboea I, tanpa perlawanan.

Kini, S mendekam di sel Polres Bombana. Polisi masih mendalami kondisi psikologis pelaku apakah karena tekanan ekonomi, emosi sesaat, atau faktor lain. Namun, satu hal pasti amarah yang tak terkendali telah mengubah rumah tangga menjadi ladang kematian.

Kisah J bukan yang pertama. Di banyak daerah, kekerasan dalam rumah tangga sering kali berawal dari hal-hal kecil makanan, kelelahan, atau tekanan hidup yang menumpuk. Tapi di balik hal “sepele” itu, tersimpan luka sosial yang dalam kemiskinan, ketidaksetaraan, dan lemahnya kontrol emosi.

Editor Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *