KENDARI, rubriksatu.com – Ketua DPP PDI Perjuangan, Wiryanti Sukamdani, melayangkan kritik tajam terhadap kerusakan lingkungan yang diakibatkan aktivitas pertambangan nikel di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).
Ia menyebut, dampak kerusakan yang terjadi di sejumlah wilayah tambang Sultra justru lebih parah dibandingkan dengan kasus serupa yang pernah terjadi di Raja Ampat, Papua Barat Daya.
Pernyataan itu disampaikan Wiryanti saat melakukan kunjungan kerja di Kota Kendari, Jumat (18/7/2025). Ia menyoroti eksploitasi tambang nikel di tiga daerah utama Konawe Utara, Pulau Kabaena (Kabupaten Bombana), dan Kolaka yang menurutnya telah menimbulkan kerusakan serius dan berdampak langsung pada kehidupan masyarakat.
“Kami menerima banyak laporan soal dampak limbah nikel. Banyak yang membandingkan dengan Raja Ampat, tapi setelah kami tinjau, kondisi di Sultra justru jauh lebih parah. Limbahnya bahkan diduga telah mencemari sumur-sumur warga,” ungkap Wiryanti dalam keterangannya, dikutip dari gesuri.id.
Politisi senior PDIP yang juga menjabat sebagai Ketua Bidang Pariwisata DPP itu mengungkapkan keprihatinannya terhadap ancaman jangka panjang pencemaran limbah nikel, terutama bagi tumbuh kembang anak-anak.
“Kalau logam berat masuk ke tubuh anak-anak, itu bisa memengaruhi pertumbuhan, bahkan perkembangan otak mereka. Ini bukan isu ringan, ini sangat mengkhawatirkan,” tegasnya.
Tak hanya soal kesehatan, Wiryanti juga menyoroti kerentanan bencana ekologis yang muncul akibat tambang seperti banjir dan longsor. Ia menyayangkan eksploitasi tambang besar-besaran di Sultra yang dinilai hanya menguntungkan segelintir pihak, namun meninggalkan kerusakan dan penderitaan bagi masyarakat luas.
Sebagai bentuk tanggung jawab politik, pihaknya berkomitmen membawa isu ini ke Fraksi PDIP DPR RI untuk ditindaklanjuti secara serius melalui kebijakan dan pengawasan yang berpihak pada rakyat dan keberlanjutan lingkungan.
Di akhir keterangannya, Wiryanti mengingatkan bahwa potensi pariwisata Sultra yang luar biasa dapat terancam hilang bila kerusakan lingkungan dibiarkan berlanjut.
“Sultra punya lanskap alam yang luar biasa Labengki, Pulau Muna, Buton semuanya punya daya tarik wisata yang tak kalah dari Bali. Tapi kalau lingkungan rusak, potensi itu bisa hilang,” tutupnya.
Editor Redaksi