KONAWE, rubriksatu.com – Pemerintah Kabupaten Konawe dinilai abai dan tidak memiliki empati terhadap warganya sendiri. Kritik keras itu datang dari Kepala Desa Lalimbue Jaya, Kecamatan Kapoiala, Muksin, usai wafatnya Ketua Koperasi Merah Putih Desa Lalimbue Jaya, Latif (53), yang ditemukan meninggal dunia di kamar mandi Masjid Babusalam Konawe, Kamis (6/11/2025) pagi.
Ironisnya, almarhum menghembuskan napas terakhir saat menjalankan tugas dalam kegiatan resmi Pemerintah Kabupaten Konawe, yakni Expo Inovasi Desa Konawe 2025 di kawasan STQ Unaaha. Namun, hingga prosesi pemakaman selesai, tidak ada satu pun pejabat Pemkab Konawe yang datang memberikan ucapan belasungkawa, baik di lokasi kegiatan maupun di rumah duka.
“Tidak ada perwakilan pemerintah yang datang. Kami sangat kecewa. Almarhum meninggal bukan karena urusan pribadi, tapi saat melaksanakan tugas di kegiatan resmi pemerintah kabupaten. Seharusnya ada empati dan perhatian,” tegas Muksin, dengan nada kecewa Jumat (7/11/2025).
Menurutnya, sikap diam pemerintah terhadap peristiwa duka ini menunjukkan rendahnya rasa kemanusiaan dan kepedulian terhadap aparat di tingkat bawah yang selama ini menjadi ujung tombak pelaksanaan program daerah.
“Kami di desa ini bagian dari pemerintah juga. Tapi kalau sudah ada kejadian seperti ini dan tak satu pun pejabat peduli, di mana nuraninya? Ini bukan sekadar soal seremoni, tapi soal kemanusiaan dan penghargaan terhadap pengabdian,” sambungnya.
Muksin menyebut, pihaknya tetap menghormati pelaksanaan kegiatan Expo dengan tetap membuka stand pameran desanya, meski dalam suasana duka mendalam. Namun ia menegaskan, sikap Pemkab Konawe yang terkesan cuek patut menjadi catatan penting bagi publik.
“Kami tetap jaga nama baik kegiatan ini, tapi kecewa itu pasti ada. Setidaknya kirim ucapan atau datang sebentar ke rumah duka, itu bentuk kepedulian. Bukan soal jabatan, tapi soal hati,” pungkasnya.
Ia menambahkan, sejumlah kepala desa lain juga menyuarakan hal senada dalam grup komunikasi internal mereka. Banyak yang menilai ketidakhadiran pemerintah kabupaten dalam situasi seperti ini sebagai bukti lemahnya solidaritas dan kepemimpinan sosial di tingkat atas.
“Empati itu tidak butuh anggaran, hanya butuh hati. Kalau pemimpin tidak bisa hadir di tengah duka warganya, maka bagaimana ia bisa merasakan penderitaan rakyatnya?” tutup Muksin dengan nada getir.
Laporan Redaksi













