“Kami Ikhlas”, Yuda dan Riki Dimakamkan di Tanah Papua, Air Mata Mengalir dari Konawe

KONAWE, rubriksatu.com – Di Desa Puday, Kecamatan Wonggeduku Barat, Kabupaten Konawe, suasana duka masih menyelimuti rumah keluarga Yuda Lesmana (27) dan Riki Rahmat (25).

Dua bersaudara itu menjadi korban kebrutalan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Yahukimo, Papua Pegunungan. Jasad mereka, hari ini, Senin (14/4/2025), dimakamkan jauh dari tanah kelahiran, di tempat mereka terakhir mengais rezeki Dekai, Yahukimo, Papua.

Dari Konawe, keluarga hanya bisa menyaksikan prosesi penyerahan jenazah lewat layar ponsel. Tak ada pelukan terakhir. Tak ada taburan bunga dari tanah kelahiran. Hanya doa dan air mata yang mengiringi kepergian keduanya.

“Kami sudah ikhlas, sudah ridho,” kata Tira Liambo, Camat Wonggeduku Barat yang mewakili keluarga, dengan suara parau namun tegar.

Malam sebelumnya, ia memimpin pertemuan keluarga besar korban. Keputusan pahit pun diambil — Yuda dan Riki akan dimakamkan di Papua bersama jenazah korban lainnya yang tak bisa dipulangkan.

“Kalau ada rezeki, satu dua tahun ke depan bisa kita pindahkan makamnya ke sini. Tapi untuk sekarang, biarlah mereka tenang di sana,” lanjutnya, mencoba menahan emosi.

Kondisi jenazah yang terus memburuk membuat pemakaman harus segera dilakukan. Seperti disampaikan Kasatgas Humas Operasi Damai Cartenz 2025, Kombes Pol. Yusuf Sutejo, dalam konferensi pers di Mako Polres Yahukimo, bahwa jenazah-jenazah yang tak dijemput keluarga akan dimakamkan demi alasan kesehatan dan kemanusiaan.

“Kami sudah siapkan peti, berita acara juga telah ditandatangani oleh perwakilan keluarga. Yang belum dijemput, akan dimakamkan besok,” jelasnya.

Yuda dan Riki hanyalah dua dari sebelas korban yang tewas dalam insiden penyerangan ke lokasi pendulangan emas oleh KKB. Mereka adalah anak-anak rantau, mencari nafkah demi keluarga, namun pulang hanya dalam nama dan kenangan.

Di Desa Puday, Hasnia, sang ibu, hanya bisa pasrah. Ia memeluk erat foto anak-anaknya, mengusap pelan wajah mereka yang kini hanya bisa dikenang.

“Saya relakan mereka dimakamkan di sana. Allah lebih sayang mereka,” ucapnya lirih.

Kehilangan ini bukan hanya milik satu keluarga. Ini luka bersama, bagi Konawe dan Sulawesi Tenggara. Namun dari kesedihan itu, lahir juga kekuatan — sebuah pengingat bahwa para perantau adalah pahlawan keluarga, dan tak ada tempat terlalu jauh untuk kasih sayang yang tulus.

Laporan Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *