Moskow, rubriksatu.com– Pemerintah Rusia secara resmi telah mengeluarkan perintah evakuasi kepada warganya yang berada di Israel menyusul meningkatnya ketegangan di wilayah Timur Tengah. Keputusan ini diambil setelah serangan udara Israel dikabarkan menghantam area di sekitar pangkalan udara Khmeimim, yang merupakan basis militer Rusia di Suriah. (4 Oktober 2024 )
Saat ini, diperkirakan ada sekitar 1,5 juta warga Rusia yang tinggal di Israel, yang terdiri dari imigran serta warga keturunan Rusia yang telah lama menetap. Pemerintah Rusia memperingatkan bahwa situasi semakin tidak stabil dan meminta seluruh warganya untuk segera meninggalkan Israel sebelum terlambat.
Dalam pernyataannya, Moskow menyebut bahwa “sesuatu yang besar dan mengkhawatirkan akan terjadi” dalam waktu dekat, mengisyaratkan potensi eskalasi konflik yang lebih luas di kawasan. Rusia juga memperingatkan bahwa jika warganya tidak segera keluar dari Israel, akses ke bantuan dan evakuasi mungkin akan sulit dilakukan di tengah krisis yang berkembang cepat.
Serangan Israel di sekitar Khmeimim terjadi di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik di Suriah, di mana Rusia memainkan peran penting sebagai sekutu rezim Presiden Bashar al-Assad. Namun, aksi militer Israel ini tampaknya semakin memicu konflik regional yang berdampak langsung pada hubungan antara Rusia dan Israel.
Pemerintah Israel sejauh ini belum mengeluarkan tanggapan resmi mengenai perintah evakuasi dari Rusia. Namun, sumber-sumber diplomatik menyebutkan bahwa komunikasi antara kedua negara sedang berlangsung untuk meredakan ketegangan dan mencegah situasi semakin memburuk.
Para pengamat internasional memperkirakan bahwa krisis ini dapat berdampak besar tidak hanya pada keamanan warga sipil, tetapi juga pada dinamika geopolitik di Timur Tengah yang sudah lama menjadi wilayah konflik dan perseteruan berbagai kekuatan global.
Dengan situasi yang semakin tidak menentu, pemerintah Rusia meminta warganya untuk mematuhi perintah evakuasi ini sesegera mungkin, dan menekankan pentingnya keselamatan di tengah meningkatnya potensi konfrontasi berskala besar.
Laporan Redaksi