KONAWE, rubriksatu.com – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Konawe kembali tercoreng. Setelah kasus dugaan keracunan massal di Unaaha, kini giliran Kecamatan Wonggeduku menjadi sorotan. Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Wonggeduku diduga menyajikan makanan tidak layak konsumsi berupa nasi kuning berulat kepada Murid SDN Wawoone, Desa Wukusao, Selasa (1/10/2025).
Fakta memalukan ini terungkap lewat video yang direkam langsung Kepala Sekolah SDN Wawoone, Rasniati. Dalam rekaman itu, ia menunjuk ulat kecil yang berjalan di pinggir omprengan berisi nasi kuning yang dibagikan kepada siswa.
“Berjalan-jalan oule (ulat), itu hee… putih-putih di atas dan di dalam lagi berjalan-jalan,” ucap Rasniati dalam video tersebut.
Ironisnya, Kepala Dapur SPPG Wonggeduku, Ripda Karnia, membenarkan temuan itu. Ia mengakui bahwa dari ribuan omprengan yang dibagikan, ada satu porsi nasi kuning untuk SDN Wawoone yang ditemukan berulat.
Alasannya pun tak kalah mengejutkan: ulat diduga muncul karena ada lalat yang lolos masuk ke mobil pengantar makanan dan bertelur di salah satu omprengan.
“Memang itu kelalaian kami. Kami sudah minta maaf ke pihak sekolah dan mengganti omprengan yang berulat dengan yang baru,” kata Ripda.
Namun, penjelasan itu justru menambah daftar panjang kegagalan pengawasan kualitas pangan MBG. Bagaimana mungkin makanan untuk anak sekolah bisa sebegitu rentan terkontaminasi? Publik pun menilai permintaan maaf semata tidak cukup.
Kejadian ini bukan sekadar insiden sepele, tetapi bukti lemahnya sistem pengawasan dan jaminan mutu makanan MBG di Konawe. Jika nasi berulat bisa lolos sampai ke tangan siswa, bagaimana dengan ratusan ribu porsi lain yang setiap hari dibagikan?
Program yang sejatinya bertujuan mencerdaskan generasi justru berulang kali tercoreng oleh kasus makanan beracun, basi, hingga kini berulat. Pertanggungjawaban nyata, bukan sekadar klarifikasi dan permintaan maaf, kini dituntut publik agar kepercayaan masyarakat tidak semakin runtuh.
Editor Redaksi