KONAWE, rubriksatu.com – Harga gabah petani di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, anjlok di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Lebih parah lagi, gabah petani dibeli oleh pihak yang mengaku mitra Bulog lembaga negara yang seharusnya menjadi benteng harga bagi petani.
Fakta di lapangan, harga gabah panen di Kecamatan Padangguni hanya dihargai Rp5.700 per kilogram, jauh di bawah HPP yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp6.500 per kilogram.
Alih-alih melindungi petani, praktik pembelian seperti ini justru memperlihatkan lemahnya pengawasan dan ketidakberpihakan terhadap nasib petani kecil.
“Dia mau ji 6.000, tapi terima di gudangnya. Ongkos mobil sama muatnya ditanggung petani,” keluh seorang petani di Desa Padangguni Utama, Jumat (10/10/2025).
Menurutnya, informasi itu disampaikan langsung oleh Kepala Desa Padangguni Utama, yang mengaku menerima kabar dari pemilik penggilingan padi yang disebut-sebut sebagai mitra resmi Bulog di Konawe. Artinya, bukan tengkulak biasa yang bermain, tetapi pihak yang seharusnya menjamin stabilitas harga pangan.
Kondisi ini memunculkan tanda tanya besar, di mana fungsi pengawasan Bulog dan pemerintah daerah.
Jika benar pembeli merupakan mitra Bulog, maka praktik membeli di bawah HPP bukan hanya pelanggaran administratif, tapi bentuk pengkhianatan terhadap kebijakan pangan nasional.
Harga gabah yang jatuh ini membuat petani terpaksa menanggung beban ganda. Selain ongkos panen dan transportasi, mereka juga harus menerima harga jual rendah tanpa kepastian kapan pembayaran lunas dilakukan.
“Kami cuma mau keadilan. Jangan cuma petani yang disuruh bertahan, sementara harga seenaknya dimainkan,” ujar petani lain dengan nada kecewa.
Para petani berharap pemerintah pusat, melalui Bulog dan Kementerian Pertanian, segera turun tangan menertibkan praktik pembelian di bawah HPP ini.
Mereka juga meminta pencairan dana pembelian gabah dari pusat segera dilakukan, agar mitra Bulog tidak berdalih keterlambatan dana sebagai alasan menekan harga petani.
“Kalau dana cepat disalurkan, tidak ada alasan mitra Bulog beli di bawah HPP. Pemerintah jangan tutup mata,” tegas salah satu petani di Padangguni.
Kondisi ini mencerminkan carut-marut tata niaga pangan di tingkat bawah, di mana kebijakan pro-petani hanya berhenti di atas kertas, sementara di lapangan petani tetap menjadi korban permainan harga.
Editor Redaksi