KONAWE, Rubriksatu.com– Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang seharusnya menunjang kesehatan pelajar, justru berujung fatal di SMK Negeri 1 Konawe. Sebanyak sembilan siswa harus dirawat intensif di RSUD Konawe setelah mengalami gejala keracunan massal usai menyantap hidangan yang disediakan pada Rabu (24/9/2025).
Gejala mulai muncul pada sore hari, meliputi diare, mual, pusing, dan sakit perut hebat. Sejumlah siswa terpaksa dilarikan ke Puskesmas dan RSUD Konawe untuk mendapatkan penanganan medis segera.
Salah satu korban, Suhartini, siswi kelas XI SMKN 1 Unaaha, mengaku sempat curiga dengan lauk yang disajikan. “Kemarin waktu makan ayamnya agak bau. Setelah makan, awalnya biasa saja. Tapi sore mulai terasa sakit perut, mual, dan bolak-balik BAB. Pagi tadi di sekolah masih BAB lagi,” ungkapnya.
Saat ini, data terakhir mencatat sembilan pelajar masih menjalani rawat inap di RSUD Konawe, sementara lima siswa lainnya sudah diperbolehkan pulang untuk rawat jalan.
Klaim Standar Ketat Versus Fakta Keracunan
Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kecamatan Unaaha, Buyung Muhammad Rantau, membantah adanya kelalaian dalam proses pengolahan. Ia menegaskan bahwa dapur MBG yang melayani 2.130 siswa dari 17 sekolah, termasuk SMK 1 Unaaha, telah bekerja sesuai standar.
“Proses masak dimulai pukul 3 subuh, pemorsian pukul 4, lalu dipacking dan disalurkan jam 7 pagi,” kata Buyung.
Ia juga mengklaim pihaknya melakukan seleksi ketat terhadap bahan makanan, khususnya ayam, dengan mengecek pemasok dan proses pemotongan. “Kita langsung cek pemasok, lihat proses pemotongan, seleksi lagi daging yang cacat, baru dibawa ke dapur untuk diolah,” tuturnya.
Meskipun mengklaim telah menerapkan standar tinggi, Buyung mengakui akan mengevaluasi seluruh tahapan produksi, terutama aspek kebersihan, menyusul insiden keracunan yang menimpa siswa.
Insiden ini menimbulkan tanda tanya besar bagi publik dan pemerintah daerah, mengenai bagaimana program yang diklaim penuh pengawasan justru menyebabkan keracunan massal. Publik kini menuntut pertanggungjawaban serius dari pihak pengelola MBG.
Editor Redaksi