KOLAKA, rubriksatu.com – Aula Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Sembilanbelas November (USN) Kolaka dipadati mahasiswa, Selasa (28/10/2025). Mereka datang bukan sekadar menimba ilmu, tetapi menyerap semangat baru tentang masa depan pertambangan yang berpihak pada alam.
Kuliah umum bertema “Peran Geokimia Lingkungan dalam Mewujudkan Pertambangan Nikel yang Ramah Lingkungan di Sulawesi Tenggara” menghadirkan sosok pakar berpengalaman, Dr. Ir. H. Muhardi Mustafa, ST, MT, IPM., ASEAN Eng., — akademisi, praktisi, sekaligus mantan Kepala Dinas Pertambangan Konawe Utara.
Dalam paparannya, Dosen Fakultas MIPA Universitas Halu Oleo ini menguraikan bahwa geokimia lingkungan adalah fondasi ilmiah dalam memahami keseimbangan bumi mulai dari tanah, batuan, air, hingga udara serta proses kimia yang menghubungkannya.
“Geokimia lingkungan mempelajari bagaimana unsur-unsur seperti Fe, Ni, Cr, Mn, dan Zn berinteraksi serta mempengaruhi kualitas tanah dan air. Pemahaman ini menjadi kunci agar tambang tidak meninggalkan jejak bencana ekologis,” jelas Muhardi dengan tegas.
Ia menegaskan bahwa keberlanjutan tambang tidak cukup hanya dengan teknologi, melainkan juga dengan pemahaman ilmiah yang mendalam tentang perubahan kimiawi di alam.
Muhardi juga menyoroti perubahan geokimia yang dapat timbul akibat aktivitas penambangan nikel tanpa perencanaan matang.
Hilangan lapisan tanah atas, pelapukan mineral oksida Fe dan Ni, hingga penurunan pH tanah merupakan efek nyata yang kerap terjadi di lapangan.
“Ketika kondisi redoks berubah, logam berat menjadi lebih mudah larut dan mencemari air tanah maupun air permukaan. Jika tidak diantisipasi, hal ini dapat merusak kesuburan tanah dan kesehatan ekosistem,” terangnya.
Menurutnya, pelindian unsur basa seperti Ca, Mg, dan K akibat pembukaan lahan masif memperparah kondisi oksidatif (Eh tinggi). Jika tak direklamasi dengan pendekatan ilmiah, logam berat akan terus aktif mencemari lingkungan.
Dalam bagian akhir kuliahnya, Muhardi menekankan bahwa reklamasi pascatambang tidak boleh hanya formalitas administratif, melainkan harus berbasis integrasi ilmu geokimia dan biologi.
Ia mendorong pemanfaatan bahan lokal seperti dolomit dan biochar untuk menetralkan keasaman tanah dan menghidupkan kembali ekosistem pascatambang.
“Tanah pascatambang bukan akhir dari kehidupan, melainkan awal dari keseimbangan baru yang harus kita bangun dengan ilmu, kesadaran, dan hati nurani,” tegasnya, disambut tepuk tangan peserta.
Muhardi juga menekankan pentingnya pemantauan jangka panjang terhadap tanah dan air di kawasan bekas tambang, agar proses pemulihan berjalan konsisten dan dapat diukur secara ilmiah.
Kuliah umum ini diikuti dengan antusias tinggi oleh mahasiswa dan dosen Teknik Pertambangan FST USN Kolaka.
Banyak peserta mengaku mendapatkan perspektif baru tentang peran ilmu geokimia dalam mewujudkan pertambangan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Dengan pendekatan ilmiah yang kuat dan pesan moral yang menyentuh, kuliah ini menjadi momentum penting bagi generasi muda kampus USN Kolaka untuk menyadari bahwa tambang tidak sekadar urusan eksploitasi sumber daya, tetapi juga tanggung jawab terhadap bumi dan masa depan.
Editor Redaksi







