Skandal Upaya Suap Jurnalis oleh Oknum “Tim Gubernur” dan Wartawan: Demokrasi Dilecehkan, Kebebasan Pers Diludahi

KENDARI, http://rubriksatu.com – Dunia jurnalistik Sulawesi Tenggara kembali tercoreng oleh aksi kotor. Dua jurnalis kampus dari media Objektif.id  Wahyudin Wahid dan Rahma nyaris menjadi korban pembungkaman, setelah menerima tekanan dan upaya suap dari dua individu yang mengaku sebagai “wartawan RRI” dan anggota “tim gubernur”.

Tujuannya jelas meminta menghapus artikel investigatif soal tambang nikel bermasalah di Pulau Kabaena.

Artikel yang dimaksud berjudul “Mudarat Tambang Nikel Milik Purnawirawan Jenderal Polisi dan Pejabat di Kabaena”.

Tulisan ini merupakan hasil riset WALHI Sultra dan Satya Bumi yang membongkar secara gamblang kerusakan lingkungan parah dan konflik kepentingan di balik eksploitasi tambang nikel di Kabaena.

Alih-alih melayangkan hak jawab, dua oknum justru datang dengan cara culas membungkam suara kritis dengan amplop berisi Rp500.000. Lebih memuakkan lagi, salah satunya menyebut karya tersebut “hoax” tanpa dasar, tanpa bukti, tanpa etika.

Skandal Upaya Suap Jurnalis oleh Oknum "Tim Gubernur" dan Wartawan: Demokrasi Dilecehkan, Kebebasan Pers Diludahi
Andi Rahman, Direktur Eksekutif Daerah WALHI Sulawesi Tenggara.

Direktur WALHI Sultra, Andi Rahman, menyebut ini sebagai tamparan keras bagi demokrasi.

“Ini bukan cuma soal dua jurnalis yang ditakut-takuti. Ini adalah bentuk nyata bagaimana suara kebenaran hendak dibeli dan dibungkam. Dan pelakunya justru mengaku bagian dari institusi pers dan pemerintahan. Sungguh memalukan,” ungkapnya.

Andi menegaskan, pers mahasiswa adalah benteng terakhir suara publik yang tak terkooptasi kekuasaan maupun korporasi tambang. Upaya intimidasi ini, menurutnya, merupakan pelanggaran serius terhadap Undang-Undang Pers dan hak atas kebebasan berekspresi.

“Jika kebebasan bersuara bisa dibungkam hanya dengan Rp500 ribu, maka hancurlah demokrasi di negeri ini,” tegasnya.

WALHI Sultra tak tinggal diam. Mereka menuntut, Pengusutan tuntas terhadap dua oknum tersebut, siapa pun backing-nya, juga menuntut klarifikasi resmi dari instansi pemerintah dan media yang dibawa-bawa oleh pelaku.

Dukungan penuh dari masyarakat sipil dan media independen untuk menolak segala bentuk intimidasi dan pembungkaman terhadap isu-isu lingkungan.

Andi juga mengajak seluruh jurnalis, khususnya mahasiswa, untuk tak gentar.

“Hari ini mereka menyuap jurnalis muda. Besok, mereka akan menghapus fakta dari sejarah. Ini bukan hanya perlawanan terhadap tambang rakus, ini perlawanan melawan kebungkaman,” pungkasnya.

Hingga berita ini dirilis, pihak-pihak yang diduga terlibat masih bungkam. Tapi suara-suara dari Kabaena terus bersuara: tambang merusak, dan kini mereka ingin membungkam mulut yang bersuara.

Laporan Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *